Rabu, 27 Maret 2013

Hikmah (bag.2)

Kini , Ratih tidak memiliki lagi naungan untuk bisa berteduh . Ia sebatang kara terlunta-lunta dengan keadaan perut buncit dan hamil tua  . Petunjuk satu-satunya yang bisa dijadikan pegangan olehnya hanyalah sebuah kalung . Kalung itu adalah pemberian almarhum ayahnya tatkala dulu ia masih kecil . Kalung bergandul persegi empat itu adalah sebuah benda kecil yang bisa di tutup dan di buka. 
 
Didalamnya terdapat foto  ayah & kakaknya .

Ia teringat pesan almarhum ayahnya :

nak,... kamu itu lahir tidak sendirian . Kamu masih punya saudara laki-laki . Ia adalah kakakmu . Sebelum kamu lahir kedunia . Kakakmu sudah dibawa ke kota oleh pamanmu ,...  jika suatu waktu kamu merasa kesulitan dan Ayah sudah tidak ada . Kamu bisa mencari kakak & paman-mu di kota “ .

Ayahnya dulu sebagai petani , yang menggarap sawah milik orang. Tatkala dirinya sudah menikah dengan Marhadi . Ayahnya meninggal karena penyakit kolera yang sudah lama dideritanya . Ratih tahu ayahnya mengidap penyakit akut tapi karena terbentur dengan uang , penyakit tersebut terus menggerogoti ayahnya hingga sampai pada kematiannya . Sedangkan Ibunya meninggal tatkala ia dilahirkan .  Maklum ia dilahirkan hanya mengandalkan dari dukun beranak .

Dengan hanya membawa beberapa pakaian ala kadarnya , Ratih memaksakan untuk tetap bertahan hidup dan pergi ke kota terdekat . Dia berharap bisa menemukan paman dan kakak-nya . Kalung yang terdapat gambar paman & kakaknya inilah dijadikan sebagai petunjuk satu-satunya kenapa ia harus kabur . Tanpa kalung tersebut mungkin dirinya tidak pernah tahu bahwa ia masih punya saudara .

Tubuhnya kurus , perutnya tampak semakin membesar . Rambutnya terurai panjang tak terikat . Sambil memegang perutnya Ratih tertatih-tatih melewati jembatan kecil . Layaknya sebuah horor , ditengah riuhnya semburan hujan dan kilatan guntur yang menggelegar sahut menyahut , sosok Ratih terpapah-papah dikegelapan jembatan Jambul , yaitu satu-satunya jembatan yang menghubungkan antara Desa Dukuh dan Desa Wangen sebagai desa perkotaan . 
 
Jembatan itu memang terlihat tua . Kedua sisinya ada pagar dari besi yang sudah rusak dan lapuk sebagiannya . Sedangkan sungai dibawah jembatan tampak mengerikan . Suaranya bergemuruh arusnya deras , memercikan buih-buih layaknya gurita raksaksa yang mengalirkan ribuan kubik air hujan yang lebat dibawahnya .

Ratih berkata lirih dalam hatinya ,

Ya..Allah . Selamatkanlah hamba Mu ini ya Allah . Selamatkanlah anak-ku ..Harus kemana lagi aku melangkahkan kaki ini ? Berilah aku tempat berteduh . Tampakanlah kemurahan-Mu ya Allah ... !! ” .

{Bersambung ......................}

Pembangun Jiwa dan Motivasi Ibadah

Hikmah (bag.1)

Mulai edisi ini , Insya Allahu ta'alla ,.. saya akan mencoba menyuguhkan sebuah kisah islami tapi dengan background atau plot cerita silat . Cerita ini saya adopsi dari cerita atau dongeng-dongeng zaman dulu (tahun 80-an) yang sering saya nikmati dengan sedikit tambahan skenario cerita dengan gaya bahasa bebas yang mudah di cerna . Sebuah kisah Fiksi Islami yang cukup bisa dijadikan pelengkap khazanah bacaan islami anda dengan aroma cerita silat yang lumayan seru ...



Sebuah Hikmah
oleh : Irvan Mulya Subrata

Malam itu hujan begitu derasnya. Suara angin bagaikan seribu seruling setan yang mengeluarkan suara aneh . Dimana-mana hitam pekat , gelap . Gesekan halus kerapatan pohon yang tertiup angin menambah suasana malam itu kian mencekam . Sekali-kali kilat menyambar , menggelegar menerangi sejenak jagad raya . Di kejauhan terdengar lolongan anjing dan sayup-sayup suara burung yang entah datang dari mana .

Mungkin inilah malam yang paling mengerikan bagi Ratih ketika dua hari yang lalu dirinya nekad untuk pergi meninggalkan rumah kontrakannya di  Desa Dukuh . Bukan saja karena Ratih sudah tidak sanggup lagi membayar sewa kontrakan tempat tinggalnya . Ketika setelah sepeninggal suaminya Marhadi yang mati secara misterius sewaktu kerja kuli bangunan , Ratih di fitnah oleh penduduk desa Dukuh sebagai perempuan pelacur yang sering menyembunyikan suami orang . Tentu saja hal inilah yang menjadi pemicu dirinya menjadi bahan kemarahan warga . Untung saja dirinya belum sempat di bunuh karena ada sebagian warga yang berusaha mencegah & menaruh simpatik terutama Suryadi , seorang laki-laki teman baik suaminya tatkala masih hidup . Tapi sayang Suryadi pun tak lama kemudian ia mati , entah karena apa . Sampai akhirnya Ratih memutuskan untuk meninggalkan Desa itu .

Sebenarnya Ratih adalah perempuan lugu dan baik-baik . Ia bukan seorang pelacur apalagi perempuan murahan dan penggoda suami orang . Kecantikannya memang membuat sebagian lelaki hidung belang di Desa Dukuh kepincut. Mereka selalu menggoda Ratih bahkan diantaranya sempat hendak memperkosa Ratih karena saking tergila-gilanya . Hanya dengan Marhadilah , laki-laki sederhana yang gemar adzan di Masjid yang menjadi pilihannya . Marhadi adalah sosok pemuda tampan , ia adalah sosok pemuda idaman ratih . Walaupun kerjanya hanya sebagai tukang sayuran dipasar , namun Marhadi adalah sosok pemuda yang selalu berusaha mendapatkan harta yang halal . Hidupnya sederhana , ala kadarnya dan tidak pernah berbuat onar apalagi maksiat . Inilah yang menjadi pilihan Ratih

Ratih sempat teringat ucapan terakhir Marhadi suaminya ketika itu :

istriku , walaupun kita hidup ala kadarnya . Tapi jangan pernah sekali-kali kau meremehkan nikmat dari Allah ! . Jika kau sudah memulai meremehkan nikmat maka hidupmu sudah tidak di berkahi oleh-Nya , apalah artinya kekayaan jika tidak di berkahi oleh-Nya ? . Kekayaan kita hanya menjadi beban nanti di akhirat ..”

Ratih meneteskan air mata . Suami yang ia jadikan panutan kini telah pergi . Mati entah karena sebab apa . Suryadi lah yang menjadi tumpuan ratih sepeninggal suaminya itu . Suryadi adalah laki-laki yang lebih tua dari Marhadi . Ia adalah teman akrab Marhadi di pengajian Masjid . Mereka selalu bergantian ketika mengumandangkan Adzan di masjid . Sosoknya sama dengan Marhadi . Sederhana namun memiliki karakter kuat . Ratih pun pernah mengingat kata-kata terakhir dari Suryadi sebelum kematiannya  :

Ratih , kalau aku nanti sudah mati karena orang-orang itu yang ingin berbuat jahat sama kamu ... Sebaiknya kamu segera tinggalkan desa ini secepat mungkin !!  Desa ini tidak pantas untuk engkau tinggali . Semua laki-laki disini sudah rusak tabiatnya ... aku khawatir nantinya kau akan terbunuh ... sehingga aku tidak bisa menjalankan amanat dari sahabatku untuk menjaga dirimu ...” .


{Bersambung ...} 

Puisi Islami dan Cerita Islami



Jumat, 15 Maret 2013

Waktu

Puisi Islami waktu
Waktu , ia adalah laksana pedang
Melewatimu tanpa kau ketahui
Menikam mu tanpa kau kehendaki

Waktu , Ketika kau menangis pilu
Dengan rentetan kisah yang tak bisa kau ulangi kembali
Di iringin seribu penyesalan yang tiada pelipurnya




 

Waktu , bahkan engkau sering mencacinya  !
Engkau katakan "Ia Sial ! " , "Ia Apes !" ...
Padahal engkau tahu bahwa itu semua dari kebodohanmu sediri

Waktu , dimana kau menjadi berubah
Ia yang bisa menjadikanmu shaleh 
Bahkan Ia yang bisa menjadikanmu kufur ...

Waktu , ketika itu menjadi kebodohanmu
Laksana seorang pandir engkau melewatinya
Bersama dengan kesalahan dan kebodohanmu yang sia-sia

Waktu , ia yang akan menjadi hakim mu kelak
Kau hiasi Ia dengan kemunafikanmu 
Dan kau arungi Ia dengan segala kemungkaranmu

Duhai kiranya engkau yang berada di ujung waktu
Tidak kah engkau sadar ?!
Tidak kah engkau pernah melihat sejenak ?! ...

Lihatlah dirimu !! , 
Kau telah lumuri "Ia" dengan segala nista dan Kotoran !
Padahal kelak engkau butuh hijab dengan "nya" !

Pandangilah dirimu !! ,
Kau habiskan "Ia" dengan segala kesia-sia an !
Padahal engkau butuh "Ia" sebagai penolongmu !

Sungguh engkau yang telah membunuh "nya"
Kelak Ia akan menikam mu laksana pedang
Diatas lantai air mata penyesalanmu !

Waktu , sejatinya Ia adalah Rabbul 'Alamin
Ia memberikan ladang untuk mu bercocok tanam
Ia yang berharap engkau bisa menanamnya dengan baik

puisi islami
Menepilah wahai hamba Allah !
Menepilah bersama Waktu !
Rangkul lah Ia, Peluk lah Ia 
selayaknya engkau bersama kekasihmu ...


Karawang , 10 Maret 2013
Hamba yang faqir di hadapan Nya 






 

Senin, 11 Maret 2013

Puisi Kematian Ia akan menghampirimu

Puisi Islami Kematian
Janganlah engkau merasa aman
Dari kematian ....
walau sekejapan mata
ataupun satu tarikan nafas
Mati pasti menghujammu
Walau engkau berlindung
dengan tabir-tabir dan penjaga



Ia datang tidak pernah engkau duga
Ia hadir hanya untuk melepas segala kenikmatan mu
Ia yang tidak perduli akan keadaan dirimu saat itu


Dirimukah yang ada di sana ?
Berjalan lengang seolah hidupmu panjang ?

Berandai andai dengan segala fatamorgana dunia
Tidakkah engkau lihat , "Ia" kerap mengintaimu ?

Ketika taubat , yang engkau dengarkan 
Ketika itu pula kesombonganmu bicara ...
" Esok dan Lusa " serta " esok dan lusa  "

Ketika nasihat yang engkau dapatkan
Engkau menghinakannya ,.. selayaknya kotoran !!


Sungguh ,... 
Jikalau "esok" itu , jikalau "lusa" itu ,...
Ia akan menghampirimu ?!

Mematahkan urat nadimu ?!
Menyungkurkan kesombonganmu ?!

Duhai hamba yang lemah ...
Dirimu adalah seorang yang tidak mengasihani akan dirimu sendiri !

Ingatlah ketika orang bijak mengatakan ,
" Berpagi harilah engkau dalam keadaan bertobat
dan bersore harilah engkau dalam keadaan bertaubat
"

Sungguh jati dirimu ada pada cerminmu sendiri
Engkau yang membunuh hari-harimu dengan sia-sia
Menelantarkan nafas hakikat hidupmu sendiri 
Meracuni setiap tegukan nafasmu sendiri
Dalam keadaan engkau tahu bahwa itu " syaithan "
Padahal " Ia " , akan menghabisimu dalam satu pukulan

Bilakah hari itu ada ?
Bilakah "Ia" datang tanpa engkau duga ? 
Dimana kesombonganmu ?
Dimana keangkuhanmu ?

Engkau hamba Allah
Dimana engkau selalu terjaga dari mimpi dan ambisimu  ...
Mimpi indah ingin menjadi Raja ? 
Mimpi indah bermandikan 'belaian' dunia ?

Engkau hamba Allah
Tidakkah engkau pernah terjaga ?
Bagaimana "ia" akan mendatangimu ?
Bagaimana  "ia" akan menghabisimu ? 
Meleburkan segala ambisi dan mimpimu ...
Ingatlah bahwa" Ia " ada disana ,...  dekat bersamamu !!
Mengintaimu .... Siap menjeratmu .....
Selayaknya hewan berhadapan dengan mangsanya 
Ia adalah ..... 'AL MAUT' .


Karawang , 12 Feb 2013
02.36 wibb 

Puisi Islami Kematian